Peristiwa ini terjadi, ketika aku berjualan bakso keliling dari desa ke desa. Aku jualan bakso pakai gerobag dorong. Pada malam kejadian, aku jualan bakso di Desa Pekaja, dari jam 17.00 hingga jam 02.00 dini hari. tapi baru laku lima mangkuk. Berhubung sudah larut malam dan baru menjual 5 mangkuk, aku jadi bingung dan melamun. Ketika melamun itu, tiba-tiba melintas seorang yang naik sepeda dan meminta aku agar jualan bakso di tempat pertunjukan wayang kulit di Desa Beberan. Atas saran itu aku menuju ke tempat pertunjukkan wayang.
Sampai di sana aku jadi heran, kenapa di tempat tontonan wayang tak satupun orang berjualan sebagaimana lazimnya. Itu berarti, hanya aku sendiri yang jualan. “Pasti laris,” pikirku.
Belum lama menunggu, lalu ada orang memesan bakso, tapi agar aku datang ke rumahnya. Kuturuti saja orang itu. Setelah sampai di rumahnya, di sana banyak orang yang sedang duduk-duduk. Semuanya memesan bakso. Hingga baksoku terjual habis. Semuanya membayar pakai uang ribuan. Karena dagangan sudah habis, orang-orang itu pamit. Tinggal aku dan yang punya rumah.
Sambil mencuci mangkuk-mangkuk yang habis dipakai, aku jadi gembira, karena daganganku laris manis. Tapi setelah itu, aku jadi kaget karena rumah yang tadinya terang-benderang jadi gelap gulita. Dan di tempat pertunjukkan wayang pun juga ikut gelap dan sepi. Tak ada suara gamelan.
Aku jadinya ketakutan. Kuraba-raba tempat sekitar yang ada hanya paesan-paesan di sebuah kuburan. Saking takutnya, lama-kelamaan aku tak sadarkan diri. Untunglah aku siuman sebelum ada orang lain tahu. Aku bergegas pulang. Sambil berjalan, aku berpikir, yang membeli baksoku berarti dhemit semua. Hiii... Boleh percaya atau tidak. Yang terang, uang pembayaran hantu kuburan tsb asli (tidak palsu) dan dapat buat beli keperluan dagangan lagi.
Sumber : pos metro balikpapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar